Tekno, Bandung - Hujan deras disertai petir, es, dan angin kencang, menandai fenomena hujan badai ekstrem di Kota Bandung, Rabu siang, 19 April 2017. Peneliti klimatologi pada Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bandung, Erma Yulihastin mengatakan, peristiwa itu dalam ilmu meteorologi disebut juga sebagai badai dalam sel yang tertutup.

Badai itu terjadi karena ada pembentukan awan cumulus menara yang terjadi secara cepat dalam kurun waktu sekitar 20-30 menit untuk mencapai kondisi matang. Pada saat matang dan terjadi hujan, ada interaksi antara proses hujan dengan udara dibawahnya yang lebih kering.
Baca : Hujan Es dan Badai Landa Kota Bandung, BMKG: Anginnya Ekstrim

"Sehingga menimbulkan hembusan angin yg sangat kuat di bawah awan hujan. Inilah yang menimbulkan angin kencang," katanya, Rabu, 19 April 2017.

Berdasarkan data prediksi hujan dan angin dari Satellite Early Warning System (Sadewa) Lapan, ujar Erma, sel badai tertutup yang hari ini terbentuk di Bandung dipicu oleh dua faktor.

Pertama, muncul konvergensi angin kuat dengan kecepatan 7 meter per detik dari selatan, yaitu berasal dari laut selatan Jawa Barat. Sementara dari utara, berhembus angin berkekuatan sedang dengan kecepatan 4 meter per detik.

Angin dari selatan dan utara yang bersifat lembab itu kemudian berinteraksi dengan udara kering dan dingin di atas wilayah pegunungan yang mengelilingi cekungan Bandung. "Sehingga terbentuk sel badai tertutup yang memproduksi banyak sekali es di dalam awan," ujarnya.

Faktor pemicu kedua yaitu proses konveksi atau pembentukan awan yang memaksa udara naik secara cepat dan menghasilkan awan cumulus menara.
Simak juga : Kemenkes: Bepergian ke Indonesia Timur Waspadai Ancaman Malaria

Proses ini, kata Erma, didukung oleh kondisi ketidak stabilan di atmosfer dan akumulasi energi yang terus menerus. "Hingga pada tahap tertentu mencapai titik kritis yang kemudian menimbulkan kondisi ekstrem," kata dia.

Proses konveksi itu dibuktikan oleh pantauan citra satelit terhadap liputan awan yang pada pagi hari hari banyak terbentuk di atas laut selatan Jawa Barat. Pada siang hingga sore, awan sudah banyak terbentuk di atas daratan Jawa Barat.

Akibat kejadian itu, menurut Kepala Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman Prasarana Sarana Utilitas Pertanahan dan Pertamanan (DPKP3) Kota Bandung, Arief Prasetya
ada 63 pohon tumbang yang tersebar di berbagai tempat dan sebagian menghadang arus lalu lintas. Selain itu dua tiang reklame roboh. Hingga Rabu sore, ujarnya, korban luka dan jiwa nihil.

ANWAR SISWADI